Jumat, 01 Januari 2010

Kemenangan Jepang atas Rusia Tahun 1905, Awal ‘Kebangkitan’ Asia

. Jumat, 01 Januari 2010

russojapanese01.jpgrussojapanese02.jpg

Tahun 2008 ini kita akan memperingati 1 abad (100 tahun) kebangkitan nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei 1908. Kebangkitan nasional yang kita peringati itu sebenarnya terinspirasi dari sebuah peristiwa di luar negeri beberapa tahun silam sebelumnya yaitu perang Rusia-Jepang tahun 1904-5. Perang yang dimenangkan oleh Jepang ini membuat bangsa-bangsa di Asia sadar bahwa sebenarnya mereka tidak kalah kehebatannya dari bangsa-bangsa Eropa atau barat dan juga ‘mematahkan mitos’ bahwa orang Asia lebih inferior dari orang Eropa dan juga bahwasannya orang kulit putih Eropa ‘tidak bisa dikalahkan’. Nah untuk itu, untuk postingan kali ini saya mencoba untuk menguraikan sedikit tentang perang yang bersejarah bagi bangsa2 di Asia tersebut serta apa yang menyebabkan perang tersebut.

PRA-PERANG

Awal abad ke-17 (1603) keluarga kaisar di Jepang telah kehilangan keefektifannya dalam memerintah negara dan pemimpin militer yang disebut shogun yang bernama Tokugawa Ieyasu, mengambil alih kekuasaan di Jepang (yang sejak saat itu pemerintahan di Jepang dinamakan pemerintahan Shogun Tokugawa). Sejak saat itupula Tokugawa menutup pintu Jepang bagi dunia luar, dan selama dua setengah abad, Jepang menjadi negara yang terisolasi dari dunia luar dan menjadi negara yang terbelakang.

Tahun 1854, Isolasi Jepang berakhir ketika Komodor AL Amerika Serikat, Matthew Perry mendarat di Jepang. Perry yang ditugasi pemerintah AS untuk membuka pasar Jepang yang kalau perlu dengan kekerasan, membawa beberapa kapal perang jenis fregatnya guna memuluskan rencana itu. Tahun 1853, Perry mendarat di Edo (sekarang menjadi Tokyo) namun pemerintahan Shogun Tokugawa Jepang memerintahkan armada AS tersebut untuk ke Nagasaki karena hanya di kota itulah pelabuhan di Jepang yang terbuka untuk asing, itupun hanya dikhususkan untuk kapal2 Belanda saja. Namun Perry menolak dan membacakan isi surat Presiden AS waktu itu Millard Fillmore yang isinya bernada ancaman apabila pemerintahan Shogun menolak maka armada AS tersebut tidak segan2 akan menggunakan kekerasan.

Sadar akan persenjataan dan kapal2nya yang jauh lebih primitif dari kapal2 perang AS, pemerintahan Shogun mengalah dan membiarkan Perry dan armada AS mendarat di Kurihama (sekarang: Yokosuka). Kedatangan Perry di Jepang ini, berujung pada konvensi atau perjanjian Kanagawa di tahun 1854 yang mengakhiri isolasi Jepang dari dunia luar. Namun keterbukaan ini harus dibayar mahal oleh pemerintahan Shogun di Jepang, dengan jatuhnya pemerintahan Shogun di tahun 1868 dan diambil alih oleh kaisar muda Meiji yang terkenal dengan restorasi Meiji-nya (明治維新). Pada masa itu banyak fihak di Jepang sadar bahwa Jepang sangat rentan terhadap ancaman2 kekuatan barat dan satu2nya cara untuk menepis ancaman itu adalah dengan cara memodernisasi Jepang dengan cara mengadopsi gaya2 barat terutama di bidang ilmu dan teknologi agar Jepang dapat tumbuh menjadi negara industri maju sejajar dengan negara2 barat. Restorasi Meiji inilah sebagai katalis dalam kemajuan Jepang menuju negara industri maju. Keberhasilan Restorasi Meiji ini diakui dunia tidak ada bandingannya di seluruh dunia. Dalam jangka waktu hanya sekitar 30 tahunan telah berhasil membawa Jepang dari negara terisolasi, terbelakang dan tradisional menjadi negara maju yang kompetitif dengan negara2 barat. Sebagai perbandingan, Indonesia yang sudah merdeka 60 tahunan, boro2 sejajar dengan negara maju, dibandingkan negara tetangga Singapura dan Malaysia ( negara yang disebut terakhir ini kemajuannya sebenarnya sangat superfisial) saja masih ketinggalan.

Untuk memuluskan cita2nya menjadi negara industri, Jepang sadar harus melindungi kepentingan dan keamanannya dari gangguan2 kekuatan asing. Untuk itu Jepang bertekad untuk merebut Korea dari tangan dinasti Qing China tahun 1894. China yang pernah menjadi negara besar di masa lalu, pada saat itu (akhir abad ke-19) menjadi negara yang ‘primitif’ dibandingkan Jepang yang pada tahun 1894 sudah mulai berhasil mengadopsi teknologi barat dan mengadopsi struktur militer gaya barat. Perang yang agak berat sebelah ini tentu saja berakhir dengan kemenangan Jepang dan membuat China bukan hanya kehilangan Korea tetapi juga kehilangan pulau Formosa dan juga Port Arthur di Manchuria. Kemenangan ini membuat Jepang lebih bertekad untuk menyebarkan pengaruh dan kekuasaannya di Timur Jauh. Namun di Timur Jauh ada kekuatan Eropa yang mempunyai kepentingan sama yaitu: Rusia! Di sinilah mulai terjadi friksi2 antara kepentingan kedua negara yang menjurus kepada perang di tahun 1904-5.

MASA PERANG

Sejak awal Rusia menentang akses dan penguasaan Jepang di Port Arthur, apalagi Port Arthur kala itu tengah disewa Rusia dari China sebagai basis angkatan laut Rusia di Timur Jauh sehingga Rusia menolak meninggalkan Port Arthur. Setelah serangkaian perundingan dan diplomasi yang melibatkan juga berbagai fihak asing lainnya seperti Perancis dan Jerman (yang condong memihak Rusia) serta Inggris (yang condong memihak Jepang) yang tidak membuahkan hasil, maka pada tanggal 8 Februari 1904 (tepat 104 tahun yang lalu saat postingan ini dibuat!) Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan dan menyerang armada laut Timur Jauh Rusia di Port Arthur.

Pada masa-masa itu, armada angkatan laut Rusia terpusat di Laut Baltik di Eropa karena Rusia merasa musuh2 terbesar Rusia berada di daratan Eropa sehingga ketika terjadi penyerangan terhadap armada laut Rusia di Timur Jauh, Rusia terkesan tidak siap. Untuk itu Rusia harus memperkuat armada laut Timur Jauhnya dari armada Luat Baltiknya dan untuk itu kapal2 perang Rusia harus berlayar 18.000 mil jauhnya menuju lokasi peperangan melintasi 3 samudra (Atlantik, Hindia dan Pasifik)! Dan celakanya secara teknis kapal2 perang Rusia tersebut kebanyakan tidak siap untuk berlayar sejauh itu. Namun apa boleh buat, setelah modifikasi secukupnya diadakan, kapal tetap harus berangkat memperkuat armada Timur Jauh Rusia.

Sementara Jepang sendiri pada awal peperangan tidak terlalu sukses untuk melumpuhkan armada angkatan laut Rusia apalagi merebut Port Arthur. Untuk itu Jepang berinisiatif juga untuk melancarkan perang di darat untuk merebut Port Arthur sekaligus merebut Manchuria dari tangan Rusia (sambil menyelam minum air!). Untuk itu Jepang yang menguasai Korea melancarkan serangan ke daratan Manchuria melewati sungai Yalu. Strategi Jepang ini terbukti efektif dan sedikit demi sedikit menggerogoti kekuatan Rusia di Manchuria dan Port Arthur. Namun Jepang tidak mengendorkan penyerangan di Laut juga di bawah pimpinan Laksamana Heihachiro Togo. Lewat kombinasi serangkaian pertempuran di laut, udara (eh, waktu itu belum ada angkatan udara deh :P ) dan darat akhirnya Port Arthur jatuh ke tangan Jepang pada tanggal 2 Januari 1905.

Dengan keberhasilan Jepang merebut Port Arthur, harapan Rusia kini tinggal menunggu armada laut Baltik Rusia pimpinan Laksamana Zinovy Rozhestvensky, yang pada saat Port Arthur jatuh masih berlayar menuju lokasi peperangan di Timur Jauh. Namun ketika armada laut Baltik Rusia ini mencapai selat Tsushima pertempuran dengan angkatan laut Jepang tak terhindarkan. Pertempuran yang berlangsung dua hari 27-28 Mei 1905 ini, hasilnya sungguh mengecewakan bagi fihak Rusia. Armada Baltik Rusia ini dihancurkan dan hanya tiga kapal saja yang selamat dan melarikan diri ke Vladivostok, Rusia. Dengan berakhirnya perang di Selat Tsushima berakhir pula harapan Rusia untuk memenangi peperangan ini sehingga Rusia terpaksa menandatangani perjanjian perdamaian dengan Jepang, namun ongkos yang dibayar Rusia sangat besar. Rusia bukan saja kehilangan Port Arthur tapi juga kehilangan seluruh kepulauan Sakhalin yang diserahkan kepada Jepang.

PASCA PERANG

Kemenangan Jepang atas Rusia ini mempunyai implikasi luas di dunia internasional. Kemenangan ini bukan saja berimbas kepada prestise Rusia yang menurun di mata internasional kala itu, tetapi juga tercatat sebagai sejarah tersendiri. Inilah untuk pertama kalinya selama berabad-abad sebuah kekuatan Asia dapat mengalahkan kekuatan Eropa (barat). Kemenangan Jepang ini tentu juga menginspirasi Kebangkitan Nasional di negeri kita di tahun 1908 yang akan kita peringati 100 tahun pada tahun ini.

Tapi pertanyaannya kini adalah, apakah kita hanya memperingati kebangkitan nasional yang sudah terjadi 100 tahun yang lalu ini?? Apakah kita tidak perlu lagi kebangkitan nasional ke-2?? Saya rasa kita masih perlu kebangkitan nasional ke-2 agar kita sejajar dengan negara maju. Kebangkitan nasional á la Restorasi Meiji seperti yang dipaparkan di atas, yang berhasil membawa Jepang dari keterbelakangan dan isolasi menuju modernisasi yang sejajar dengan dunia barat dalam jangka waktu yang relatif singkat: 30an tahun! Sebuah prestasi yang tidak ada duanya di dunia ini. Mungkin prestasi terdekat yang hampir menyamai Restorasi Meiji ini adalah prestasi yang dicapai Korea Selatan yang di tahun 1950an baru mulai membangun dari puing2 peperangan setelah terjadi Perang Korea (saat itu Indonesia sudah lebih dulu merdeka) dan dalam waktu 40 tahunan, lewat penguasaan ilmu dan teknologi, Korea Selatan berhasil membangun ekonominya yang berbasis pada produk2 bernilai tambah tinggi sehingga negara ini kini dianggap mulai sejajar dengan negara-negara industri barat dan Jepang. Nah, akankah kita mampu berbuat serupa seperti itu??




0 comments:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45

Posting Komentar

 

Iklan Kecik